Daerah

KETIKA GELAR BUKAN SEGALANYA,Tokoh Riau Letjen(Purnawirawan (TNI) Syarwan Hamid Serahkan Gelar Adat Ke LAM Riau

pesisirnews.com pesisirnews.com
KETIKA GELAR BUKAN SEGALANYA,Tokoh Riau Letjen(Purnawirawan (TNI) Syarwan Hamid Serahkan Gelar Adat Ke LAM Riau

Sumber gambar Tribunriau/riaumandiri

PEKAN BARU,Prosesinya sederhana sekali. Di halaman Gedung LAM Riau. Sebuah tenda berukuran 4 x 6 dan beberapa kursi. Di belakang tenda gedung LAM yang megah kosong. Pintunya tertutup.


Sejumlah orang berseragam laskar Melayu dan FPI membentuk baris yang rapi menghadap tenda. Di sana duduk Datuk Seri Lela Setia Negara Letjen (Purn) Syarwan Hamid dengan kursi rodanya. Di sampingnya tabung oksigen disiagakan.



Ia mengenakan pakaian kebesaran adat Melayu lengkap dengan tanjak dan selempang. Lalu ia membacakan pernyataan sikap. Setelah itu ia membuka tanjak kebesaran. Berikut selempang.


"Tanpa mengurangi rasa hormat terhadap kehormatan yang diberikan kepada saya oleh LAM Riau, dengan ikhlas

mengembalikan gelar itu kepada LAM Riau sebagai protes terhadap pemberian gelar kehormatan kepada Presiden Jokowi," ujarnya.


Sedih hati rasanya melihat tanjak kehormatan dan selempang itu kemudian berpindah ke baki yang dibawa oleh pengurus LAM. "Dengan ini kami terima dan akan kami bawa ke majelis kerapatan adat," ujar pengurus LAM.


Kopiah hitam kemudian dikenakan mengganti tanjak ternyata tak mengurangi kewibawaan dan kegagahan beliau. Takbir menggema berkali-kali membelah langit. Saya terpaku

beberapa meter menyaksikan prosesi itu.


Dua kali operasi jantung membuat beliau tak boleh lelah. Tak boleh banyak bersuara. Tapi pagi jelang siang, mantan tentara itu tak gentar dengan semua larangan. "Biasanya saya tak boleh banyak bersuara seperti ini, tapi pagi ini entahlah saya tak merasa berat," ujarnya.


"Mengapa ia yang diberi gelar kehormatan? Bukankah harusnya ia yang memberi gelar kehormatan kepada rakyat dan daerah Riau yang telah menyumbang tak berhingga bagi republik ini?" ujarnya.


Usai prosesi orang berebut menyalaminya. Juga saya. Tangannya bergetar dan agak dingin ketika saya genggam. Saya melihat kursi rodanya didorong menuju Jl Diponegoro dan terus menyeberang menuju Hotel Aryaduta.


Haru saja melihat pemandangan itu. Para Pahlawan memang tak butuh gelar. Karena ia berbuat semua itu bukan demi gelar kehormatan apalagi pencitraan. Tapi demi kebaikan anak-cucu bangsa ini ke depan. Ia mewakili luka banyak orang yang tak terucap.


✍️helfizon assyafei, Pekanbaru 19/12/2018