KENTUCKY, Pesisirnews.com - Tori Gerbig merupakan co-founder sekaligus CEO Pink Lily. Toko pakaian wanita online itu pada tahun lalu mampu menghasilkan 141 juta dolar AS atau setara Rp 2,02 triliun.
Sebelum sukses mendirikan dan memimpin Pink Lily, Gerbig sempat bekerja di salah satu perusahaan asuransi di Amerika Serikat (AS) dengan pendapatan 25.000 dolar AS atau setara Rp 358,61 juta per tahun.
Dikutip iNews.id dari CNBC Make It, Minggu (13/2), ibu 3 orang anak ini senang menjelajahi internet untuk mencari pakaian yang sedang tren dan harga yang terjangkau.
Sayangnya, tidak ada banyak pilihan saat itu, dan pada usia 24 tahun memberinya ide untuk memulai bisnis sampingan untuk memulai bisnis sampingan dengan menjual pakaian wanita di eBay. Dia menyebut menjual pakaian secara online merupakan hobi yang menyenangkan.
"Sedikit yang saya tahu, 10 tahun kemudian, suami saya Chris dan saya akan menjalankan Pink Lily penuh waktu. Tahun lalu, bisnis pakaian online kami menghasilkan 141 juta dolar AS dalam penjualan kotor. Audiens media sosial kami telah berkembang menjadi 3,6 juta pengikut," ujar Gerbig dikutip, Minggu (13/2).
Untuk memulai toko eBay-nya, Gerbig bersama sang suami, Chris melakukan investasi awal sekitar 300 dolar AS untuk membeli pakaian dan aksesori dari situs grosir.
Karena dia tidak terbiasa dengan strategi penetapan harga, dia memberikan harga barang sesuai dengan apa yang akan dia bayar sebagai pelanggan.
Kami bekerja di luar ruang tamu kami, jadi kami tidak memiliki banyak overhead yang perlu dikhawatirkan kecuali biaya pengiriman," kata dia.
Keuntungan yang didapat dari Pink Lily bervariasi selama beberapa tahun pertama. Biasanya, mereka menghasilkan mulai dari 300 dolar AS hingga 1.000 dolar AS per bulan.
Dari pendapatan tersebut, Gerbig dan suami menggunakan uang untuk melunasi pinjaman dan berinvestasi kembali ke dalam bisnis.
Pada 2013, dia memulai grup Facebook pribadi untuk memasarkan produknya. Gerbig memiliki banyak pelanggan setia yang menunjukkan peningkatan permintaan untuk produknya, terutama di komunitas lokal di Bowling Green, Kentucky.