International

Korut Dilaporkan Eksekusi Mati Utusan untuk AS Usai KTT Gagal


Korut Dilaporkan Eksekusi Mati Utusan untuk AS Usai KTT Gagal

Pesisirnews.com - Korea Utara dilaporkan mengeksekusi mati utusan negara untuk Amerika Serikat, Kim Hyok Chol, yang disebut-sebut bertanggung jawab atas kegagalan dalam pertemuan kedua antara Kim Jong-undan Presiden Donald Trump pada Februari lalu.

Dilansir dari CNN Indonesia, Harian Korea Selatan,Chosun Ilbo, melaporkan bahwa Kim Hyok Chol dieksekusi di Bandara Mirim, Pyongyang, bersama empat pejabat eksekutif Kementerian Luar Negeri Korut pada Maret lalu.

"Ia dituduh menjadi mata-mata untuk AS karena melaporkan masalah negosiasi dengan buruk dan tak bisa mengetahui keinginan AS," ujar seorang sumber kepadaChosun Ilbo, sebagaimana dikutipReuters, Jumat (31/5).


Pertemuan kedua antara Kim Jong-un dan Trump di Hanoi memang dianggap sebagai kemunduran dari perjumpaan pertama mereka di Singapura tahun lalu.

Dalam pertemuan kedua itu, Trump dan Kim tak mencapai kesepakatan apa pun terkait perlucutan senjata nuklir dan pencabutan sanksi.

Sejak pertemuan tersebut, sejumlah pejabat Korut yang berperan dalam pertemuan itu dilaporkan tak pernah terlihat lagi di hadapan publik.

Kim Yong-chol sendiri sempat dilaporkan dikirimkan ke kamp penataran dan dijatuhi hukuman kerja paksa di dekat perbatasan Korut dengan China.

Seorang anggota parlemen Korsel mengatakan kepada Reuters pada April lalu bahwa Kim Yong Chol memang sudah dicopot dari jabatan penting di partai Kim Jong-un.

Ketika kabar mengenai eksekusi mati ini beredar, juru bicara Kementerian Unifikasi Korsel enggan berkomentar.

Begitu pula pejabat di Istana Kepresidenan Korsel yang menekankan bahwa ia tak akan mengomentari kabar dengan sumber tak jelas.

Namun, sejumlah analis menduga Kim Hyok Chol sangat mungkin dieksekusi mengingat begitu besar tugas yang ia emban dan berakhir gagal.

"Tugasnya adalah melaporkan langsung secara akurat ke Kim [Jong-un], tapi saya tidak yakin dia benar-benar memahami maksud atau strategi bernegosiasi," kata pengamat dari Institut Unifikasi Korea, Hong Min.(dan)

Penulis: admin