International

Dua Anak Eks Pemimpin Diktator dan Otoriter Unggul dalam Pilpres Filipina


Dua Anak Eks Pemimpin Diktator dan Otoriter Unggul dalam Pilpres Filipina

Kandidat presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr melambai setelah memberikan suaranya di Sekolah Dasar Memorial Mariano Marcos di Batac, Ilocos Norte. (Foto: AFP)

BATAC CITY (Pesisirnews.com) - Putra mendiang diktator Filipina Ferdinand Marcos dan pasangannya Sara Duterte yang merupakan putri presiden otoriter Rodigro Duterte, memimpin perolehan suara besar-besaran menurut hasil penghitungan suara tidak resmi dalam pemilihan presiden (Pilpres) Filipina, Senin.

Hampir 40 tahun setelah ayahnya yang bernama sama digulingkan oleh pemberontakan rakyat dan keluarganya diasingkan, Ferdinand Marcos Jr terlihat menyingkirkan para pesaingnya dan menunjukkan kemenangan telak bersejarah.

Dengan lebih dari 60 persen daerah negara melaporkan, Marcos telah mengumpulkan lebih dari 20 juta suara, sedangkan untuk pesaingnya kandidat liberal Leni Robredo memperoleh 9,4 juta suara.

Sebagai informasi, di Filipina, pemenang pilpres hanya perlu mendapatkan lebih banyak suara daripada kompetitornya.

Jika hasil perhitungan suara resmi Komisi Pemilihan hampir sama dengan penghitungan yang diterbitkan oleh media lokal, ini akan menjadikan Marcos Jr sebagai presiden Filipina pertama sejak penggulingan ayahnya yang terpilih dengan mayoritas mutlak.

Ini juga akan menandakan perubahan haluan yang menakjubkan untuk nasib klan Marcos yang kembali ke istana presiden setelah lebih dari satu generasi tersingkirkan.

"Ini akan menjadi pemilihan yang bersejarah," kata Cleve Arguelles, asisten dosen ilmu politik di Universitas De La Salle di Manila.

Ketua Komisi Pemilihan George Garcia mengatakan kepada AFP: "Sampai pemungutan suara terakhir dihitung, itu belumlah akhir dari segalanya."

Sementara ada sembilan saingan Marcos, menanti hasil perhitungan suara yang berlomba-lomba untuk menggantikan Presiden Rodrigo Duterte dalam pemilihan yang dilihat oleh banyak orang sebagai momen yang menguntungkan bagi demokrasi Filipina yang rapuh.

Hasilnya akan menjadi pukulan telak bagi pendukung Robredo, wakil presiden petahana yang mengubah kampanyenya menjadi gerakan untuk membela demokrasi dan membawa hampir satu juta orang turun ke jalan dalam satu rapat umum baru-baru ini.

Sejak sebelum fajar, pemilih yang mengenakan masker membentuk antrian panjang untuk memberikan suara mereka di 70.000 tempat pemungutan suara di seluruh negeri.

Polling resmi ditutup pada pukul 7 malam.

Di Sekolah Dasar Memorial Mariano Marcos di kota utara Batac, rumah leluhur keluarga Marcos, para pemilih melambaikan kipas tangan untuk mendinginkan wajah mereka di tengah panasnya cuaca tropis.

Anjing pelacak bom menyapu tempat pemungutan suara sebelum Marcos Jr (64), tiba bersama adik perempuannya Irene dan putra sulungnya Sandro.

Mereka diikuti oleh ibu pemimpin keluarga Imelda yang berusia 92 tahun yang flamboyan, yang diturunkan dari mobil van putih sambil mengenakan atasan merah panjang dengan celana panjang yang serasi dan sepatu flat slip-on.

Sandro, 28, yang mencalonkan diri untuk jabatan terpilih untuk pertama kalinya di distrik kongres di Provinsi Ilocos Norte, mengakui sejarah keluarga adalah "beban".

Namun dia menambahkan: "Itu adalah salah satu yang kami juga coba pertahankan dan lindungi dan lebih baik saat kami melayani."

Salah seorang pendukung capres Robredo yang memberikan suaranya di sebuah sekolah di provinsi tengah Camarines Sur, Corazon Bagay mengatakan mantan anggota kongres itu pantas menang.

"Dia tidak memiliki bau tuduhan korupsi dan jujur," kata ibu rumah tangga berusia 52 tahun itu.

Sejak Robredo mengumumkan tawarannya untuk jabatan puncak pada Oktober, kelompok sukarelawan telah menjamur di seluruh negeri berusaha meyakinkan pemilih untuk mendukungnya dalam apa yang mereka lihat sebagai pertempuran untuk "jiwa negara". Namun langkah itu tak cukup mampu membendung perolehan suara Marcos Jr.

Meski dihantam kampanye hitam tentang kebrutalan rezim ayahnya di masa lalu, namun kekecewaan publik dengan pemerintah pasca-Marcos telah memicu popularitas keturunan sang penguasa diktator itu.

Halaman :
Penulis:

Editor: Anjar