International

Ketika Presiden Anggap Remeh Pandemi, kini Pusing dengan Pemulihan Ekonomi


Ketika Presiden Anggap Remeh Pandemi, kini Pusing dengan Pemulihan Ekonomi

Rodrigo Duterte : (Kredit Foto : Noel Celis / AFP via Getty Images) 

MANILA-Pada awal wabah coronavirus, Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengatakan penyakit ini akan "mati secara alami."


Lima bulan kemudian, pandemi itu berkobar, ekonomi menghadapi kontraksi yang dalam, masyarakat kesusahan dan masa depan politiknya bisa dipertaruhkan.


Walau pun Filipina menjadi negara ASEAN pertama yang menerapkan karantina wilayah dan terlama, virus corona sudah menginfeksi di kawasan ini secara masif, menjadikan Filipina kini memiliki jumlah infeksi tertinggi kedua di Asia Tenggara, setelah Indonesia.


Ekonomi Filipina kini sedang menghadapi kemerosotan terburuk dalam tiga dekade. Dampak pandemi Covid-19 membuat terjadinya penurunan konsumsi, penutupan bisnis, pengangguran baru dan penundaan investasi modal asing yang melemahkan pasar keuangan Filipina.


Menurut seorang analis politik Filipina dan penulis biografi Duterte Earl Parreno, Duterte menghadapi tantangan yang lebih berat dalam Pilpres 2022 mendatang. Kemampuannya pun kini sedang di uji sebelum ada gugatan dari rakyat.


Oleh karena itu dalam pidato tahunannya kepada anggota parlemen baru-baru ini, Duterte mencoba membangun simpati publik melalui langkah pemulihan ekonomi dan menyampaikan keprihatinannya kepada rakyat tentang masalah kesehatan dan pekerjaan.


"Bagaimana Duterte akan memimpin pemulihan ekonomi adalah kunci yang akan membangun atau mencabut masa depan politiknya dan penggantinya," kata Parreno.


Menurut Ronald Holmes, dari Pulse Asia Research, Inc., pandemi telah menghambat pengumpulan data untuk jajak pendapat publik.


“Publik mungkin tidak meminta pertanggungjawaban Duterte jika mereka melihat ada sesuatu yang dilakukan. Tetapi jika mereka melihat bahwa kepemimpinan tidak berkontribusi pada masalah mereka, itu akan mengarah pada pendapat negatif tentang kemampuannya,”kata Holmes. (Source: Bloomberg Asia)

Penulis: