International

Negara mana yang Lebih Unggul dalam Pengembangan Vaksin Covid-19?


Negara mana yang Lebih Unggul dalam Pengembangan Vaksin Covid-19?

Ilustrasi : (Kredit Foto via inosmi.ru)

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), terdapat 100 lebih penelitian untuk membuat vaksin Covid-19 yang dilakukan berbagai negara. Semuanya seakan berlomba menjadi yang tercepat dalam merilis antivirus corona yang siap diujicobakan kepada manusia.


Dari berbagai negara, Rusia dan Cina terlihat lebih menonjol dalam upaya menciptakan vaksin Covid-19. Kedua negara itu bahkan terkesan bersaing secara ketat agar keluar sebagai ‘pemenang’ dalam perlombaan pembuatan vaksin Covid-19.


Seperti dikutip Bloomberg, Rusia siap melakukan tahap ketiga uji klinis vaksin Covid-19 yang akan dimulai pada 3 Agustus. Elit politik dan pebisnis Rusia telah memiliki akses ke vaksin sejak April, yang sedang dikembangkan oleh National Research Center. N. F. Gamalei di Moskow.


Menurut lembaga itu, pusat penelitian menerima dana dari Dana Investasi Langsung Rusia dan departemen militer. Kepala Dana Investasi Langsung Rusia, Kirill Dmitriev, mengatakan pekan lalu bahwa fase ketiga uji klinis vaksin Rusia akan dimulai pada 3 Agustus. Ribuan orang dari Rusia, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab akan ambil bagian di dalamnya. Dan vaksinasi nasional tidak akan dimulai sampai September.


Sementara, perusahaan farmasi Cina Sinopharm mengatakan bahwa mereka menguji vaksin coronavirus yang sedang dikembangkan pada karyawannya, bahkan sebelum menerima persetujuan resmi untuk uji klinis.


Perusahaan itu memposting di situs webnya foto-foto pejabat Cina berpangkat tinggi yang telah menguji vaksin sendiri. Penting untuk dicatat bahwa Cina lebih aktif dalam pembuatan vaksin anti-covid-19 daripada negara lain. Saat ini, para ilmuwan Cina sedang melakukan uji klinis delapan vaksin coronavirus.


Teknik Cina untuk membuat vaksin adalah sebagai berikut: pertama, virus corona baru disintesis di laboratorium, dan kemudian dihancurkan. Teknik ini sebelumnya digunakan untuk menghasilkan vaksin melawan polio. Sinopharm mengatakan telah memberikan dua vaksin kepada sukarelawannya, yang dikembangkan sejak akhir Februari 2020.


Perusahaan Cina lainnya, CanSinBio, bekerja sama dengan Akademi Ilmu Kedokteran Militer China, mengumumkan bahwa mereka sedang melakukan uji klinis vaksinnya sendiri.Dan satu lagi perusahaan farmasi Cina, Sinovac Biotech mengumumkan bahwa mereka telah memasuki fase ketiga uji klinis di Brazil pada bulan Juli.


Sedangkan pemerintah Inggris mengumumkan bahwa mereka telah menandatangani perjanjian untuk penyediaan 90 juta dosis vaksin coronavirus dengan tiga perusahaan farmasi - Pfizer, BayoNTech dan Valneva. Mereka berencana untuk menemukan 500.000 sukarelawan yang akan setuju untuk menjalani uji klinis untuk menguji vaksin coronavirus.


Pfizer dan BionNTech mengatakan akan memproduksi 30 juta dosis vaksin tahun ini. Kedua perusahaan mengharapkan untuk menerima persetujuan untuk vaksin pada Oktober 2020. Saat ini, Pfizer dan BionNTech bersiap untuk menghasilkan 100 juta dosis pada akhir tahun 2020.

  • Untuk bagiannya, perusahaan Prancis Valneva telah setuju untuk memberikan kepada Inggris 60 juta dosis vaksin dan, jika perlu, 40 juta dosis lagi jika terbukti aman dan efektif.

Pemerintah Inggris juga telah menandatangani perjanjian dengan perusahaan AstraZeneca yang bekerja sama mengembangkan antivirus corona dengan Universitas Oxford untuk penyediaan 100 juta dosis vaksin.


Bagaimana dengan Indonesia?


Dilansir cnbcinonesia.com, pemerintah Joko Widodo lewat juru bicara satuan tugas penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito melaporkan kabar positif perkembangan vaksin virus corona (COVID-19) di Indonesia.


Wiku mengatakan sudah ada beberapa kerja sama inisiatif yang dilakukan Indonesia untuk mengebut vaksin corona.


"Salah satunya antara Bio Farma dan Sinovac yang sekarang sedang uji klinis fase tiga dan diharapkan selesai dalam waktu yang memadai sehingga produksi langsung dilakukan," ujarnya dalam konferensi pers digital, Jumat (25/7/2020).


Sebelumnya, Wakil Direktur Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Prof Herawati Aru Sudoyo menyampaikan bahwa LBM Eijkman ikut serta dalam menemukan dan membuat vaksin Covid-19 seperti dilansir kompas.com (10/06/2020).


LBM Eijkman harus berkolaborasi dengan berbagai pihak agar tercapai target terciptanya vaksin untuk membantu masyarakat menimbulkan herd immunity yang baik, meski virus SARS-CoV-2 belum tentu langsung menghilang seutuhnya dari keberlangsungan kehidupan.


Dibalik perlombaan pembuatan vaksin Covid-19 yang dilakukan oleh negara-negara besar tersebut, sejumlah analisis ekonomi berpendapat, upaya itu tidak semata terbatas pada aspek kesehatan manusia, tetapi ada potensi bisnis bernilai jutaan dollar yang keuntungannya siap diraup oleh negara beserta perusahaan farmasi tersebut.

Penulis: