TEHERAN (Pesisirnews.com) - Ribuan warga Iran kembali turun ke jalan melakukan protes besar-besaran di wilayah Sistan-Baluchistan pada Jumat untuk menandai penumpasan berdarah pada 30 September oleh pasukan keamanan Iran yang dikenal sebagai "Jumat Berdarah".
Dilansir Reuters, Sabtu, kemarahan masyarakat dipicu tuduhan pemerkosaan seorang gadis remaja setempat oleh seorang petugas polisi. Pihak berwenang mengatakan kasus itu sedang diselidiki.
Demonstrasi anti-pemerintah mulai meletus bulan itu setelah kematian seorang wanita Kurdi, Mahsa Amini, yang telah ditahan oleh polisi moral karena diduga melanggar aturan berpakaian ketat Republik Islam yang dikenakan pada wanita.
Pemerintah menyebut kematian Amini karena masalah medis yang sudah ada sebelumnya, dan mengatakan protes tersebut dipicu oleh musuh asing Iran termasuk Amerika Serikat. Pemerintah berjanji untuk menegakkan kembali ketertiban.
Iran juga menuduh separatis bersenjata melakukan kekerasan dan berusaha untuk mengacaukan Republik Islam.
Demonstrasi nasional sejak itu berubah menjadi pemberontakan populer, dengan orang-orang mulai dari mahasiswa hingga dokter, pengacara, pekerja dan atlet ambil bagian, dengan kemarahan sebagian besar diarahkan pada Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.
Kantor berita aktivis HRANA mengatakan 330 pengunjuk rasa telah tewas dalam kerusuhan pada Kamis, termasuk 50 anak di bawah umur. Tiga puluh sembilan anggota pasukan keamanan juga tewas, sementara hampir 15.100 orang telah ditangkap, katanya.
Sebuah video yang diposting oleh akun Twitter aktivis 1500 Tasvir yang diikuti secara luas menunjukkan ribuan orang demonstran berbaris di Zahedan pada hari Jumat.
Video lain yang menurut 1500 Tasvir berasal dari kota Khash di tenggara menunjukkan pengunjuk rasa menginjak-injak dan merusak rambu jalan bertuliskan nama jenderal tinggi Qassem Soleimani, yang dibunuh dalam serangan pesawat tak berawak AS pada tahun 2020 di Irak.
Lalu, video lainnya yang beredar di media sosial, yang diklaim berasal dari kota Saravan di Sistan-Baluchistan menunjukkan pengunjuk rasa mengenakan jubah tradisional Baluch sambil menyerukan kematian Pemimpin Tertinggi Republik Islam Iran Ayatollah Ali Khamenei.