Dilansir dari Shethepeople, Sarah adalah ahli vaksin Inggris dan Profesor Vaksinologi di Universitas Oxford. Dia mengkhususkan diri dalam mengembangkan vaksin melawan influenza dan patogen virus yang muncul.
Perempuan kelahiran Northamptonshire pada April 1962 ini merupakan salah satu pendiri Vaccitech, perusahaan biotek yang fokus pada pengembangan vaksin dan imunoterapi untuk penyakit menular, kanker, hepatitis B, HPV, dan sebagainya.
Sarah lulus dari University of East Anglia dengan gelar sarjana ilmu biologi. Selanjutnya ia menempuh gelar doktoralnya di University of Hull di bidang genetika dan biokimia.
Sarah mulai menekuni dunia vaksin dan menjadi pembaca vaksin di Universitas Oxford pada 2004 dan menjadi profesor di Jenner Institute pada 2010. Sarah memimpin pengembangan vaksin flu pada awal 2011 serta uji klinis pertama vaksin ebola pada 2024, lalu MERS (Middle East Respiratory Syndrome).
Inggris menyetujui vaksin Covid-19 yang Sarah kembangkan pada 2020 bersama dengan rekan-rekannya. Ia bermitra dengan AstraZeneca dan enggan mengambil hak penuh paten agar harga vaksin Covid-19 ciptaannya bisa murah.
“Sejak awal, kami melihatnya sebagai perlombaan melawan virus, bukan perlombaan melawan pengembang vaksin lain,†kata Sarah, dilansir dari BBC. “Kami adalah universitas dan kami tidak berada di sini untuk menghasilkan uang,†lanjutnya.
Pengembangan ini ia gunakan dengan pendekatan yang sama untuk MERS dan melanjutkannya dengan ide ketika para ilmuwan Cina membuat kode genetik virus.(kumparan)
Penulis: pesisirnews.com
-
Artikel
-
Daerah
-
Daerah
-
Daerah
-
Advertorial