Kesehatan

Dame Sarah Gilbert Sosok Mengembangkan Vaksin Anti Covid. AstraZeneca

pesisirnews.com pesisirnews.com
Dame Sarah Gilbert  Sosok Mengembangkan Vaksin Anti Covid. AstraZeneca
PESISIRNEWS.COM - Sosok Dame Sarah Gilbert belakangan menjadi sorotan. Video saat ia mendapat standing ovation di Wimbledon 2021 banyak beredar luas usai kontribusinya mengembangkan vaksin AstraZeneca.

Momen ini terjadi pada akhir Juni, sebelum pertandingan antara Novak Djokovic melawan Jack Draper berlangsung. Profesor Oxford ini duduk bersama dengan sosok-sosok inspirasional lainnya di barisan Royal Box -- tempat eksklusif khusus anggota keluarga Kerajaan Inggris atau yang mendapat undangan terbuka.

Tepuk tangan membahana di seluruh arena saat Profesor Gilbert disebut sebagai “sosok yang telah mengembangkan vaksin anti covid yang telah berkontribusi banyak kepada dunia dan telah membantu membuat Wimbledon dapat diadakan”. Satu per satu penonton berdiri dan memberi penghormatan sambil bertepuk tangan

Dilansir dari Shethepeople, Sarah adalah ahli vaksin Inggris dan Profesor Vaksinologi di Universitas Oxford. Dia mengkhususkan diri dalam mengembangkan vaksin melawan influenza dan patogen virus yang muncul.

Perempuan kelahiran Northamptonshire pada April 1962 ini merupakan salah satu pendiri Vaccitech, perusahaan biotek yang fokus pada pengembangan vaksin dan imunoterapi untuk penyakit menular, kanker, hepatitis B, HPV, dan sebagainya.

Sarah lulus dari University of East Anglia dengan gelar sarjana ilmu biologi. Selanjutnya ia menempuh gelar doktoralnya di University of Hull di bidang genetika dan biokimia.

Sarah mulai menekuni dunia vaksin dan menjadi pembaca vaksin di Universitas Oxford pada 2004 dan menjadi profesor di Jenner Institute pada 2010. Sarah memimpin pengembangan vaksin flu pada awal 2011 serta uji klinis pertama vaksin ebola pada 2024, lalu MERS (Middle East Respiratory Syndrome).

Inggris menyetujui vaksin Covid-19 yang Sarah kembangkan pada 2020 bersama dengan rekan-rekannya. Ia bermitra dengan AstraZeneca dan enggan mengambil hak penuh paten agar harga vaksin Covid-19 ciptaannya bisa murah.

“Sejak awal, kami melihatnya sebagai perlombaan melawan virus, bukan perlombaan melawan pengembang vaksin lain,” kata Sarah, dilansir dari BBC. “Kami adalah universitas dan kami tidak berada di sini untuk menghasilkan uang,” lanjutnya.

Pengembangan ini ia gunakan dengan pendekatan yang sama untuk MERS dan melanjutkannya dengan ide ketika para ilmuwan Cina membuat kode genetik virus.(kumparan)

Penulis: pesisirnews.com