Nasional

Mendadak Radio di Mobil Dinas Presiden Hidup Sendiri, Jendela Tak Bisa Dibuka


Mendadak Radio di Mobil Dinas Presiden Hidup Sendiri, Jendela Tak Bisa Dibuka

Pesisirnews.com - Mobildinas Presiden Republik Indonesia sudah saatnya diganti.Kepala Sekretariat Presiden, Heru Budi Hartono mengungkap, mobil Mercedes-Benz S600 Guard itu sering mogok dan banyak penyakitnya.

Dilansir dari Jpnn.com, banyak masalah yang dialami mobil yang sudah berumur lebih dari sepuluh tahun itu. Mulai dari bagian audio yangerror sampaipowerwindowyang macet.

Heru membeberkan, bukan sekali dua kali mobil dinas presiden mogok. Namun, berkali-kali. Salah satunya, ketika Presiden Joko Widodowi menggunakannya di Bali. "Ada sesuatu yang tidak normal, dan terpaksa saya dan Paspampres berusaha mencari pengganti," ujar Heru seperti dikutip dari RMCO Rakyat Merdeka, Jumat (23/8).

Sayangnya, karena mobil dinas presiden harus khusus, salah satunya antipeluru, maka sulit mencari pengganti. "Dari sisi persyaratan keamanan presiden, kan tidak memenuhi syarat. Harusnya diganti dengan mobil yang persyaratannya sama," imbuh dia.

Mobil dinas itu juga sempat mogok saat Presiden Jokowi berkunjung ke Kalimantan Barat dan Pondok Pesantren Gontor, Ponorogo pada 2017. Selain soal mesin, berbagai masalah juga dialami mobil ini. Mulai dari jendela alias power window yang tidak jalan, hingga sistem audio dalam mobil sering nyala sendiri.

"Radio semua bunyi. Kan nggak nyaman. Kira-kira begitu," tutur Heru.

Masalah-masalah itu, kata Heru, juga terjadi berkali-kali. Biang masalah itu ada pada sistem elektrikalnya yang sudah melebihi batas kerjanya. "Waktu itu pernah ada indikator yang warna merah kuning itu nyala semuanya. Ya berarti tidak boleh dipakai. Kalau mau dimatikan, harus dimatikan dulu kan (mobilnya)," ujar Heru.

Suku cadangnya juga sudah sulit didapatkan. Pihak pabrikan sudah berkali-kali memberitahu dan memberi nasihat, kalau terjadi sesuatu pada mobil ini, sulit diperbaiki. "Umur elektronik dan suku cadangnya sudah tidak bisa dipertanggungjawabkan," beber Heru.

Padahal, mobil tersebut sangat diperlukan Presiden. Apalagi aktivitas Presiden yang padat. Minimal, bolak-balik Istana Negara-Istana Bogor. "Lihat saja dari kilometernya," ucap Heru.

Saat ini, jumlah kendaraan kepresidenan ada delapan unit. Tetapi, ini dibagi dua dengan Wapres Jusuf Kalla. Jumlah itu tidak cukup. Heru mengingatkan, Indonesia adalah wilayah yang sangat luas dengan 260 juta penduduk. Berbeda dengan Eropa yang kecil. "(Di Eropa) dua atau tiga mobil cukup itu," selorohnya.

Heru menerangkan, jika presiden hendak ke luar Jakarta, pada H-3 atau H-4, dirinya dan Paspampres sudah lebih dulu berada di daerah tujuan dengan mobil dinas. Tak hanya satu, tetapi dua. Sementara di Jakarta, tetap harus ada mobil dinas. Jumlahnya juga harus dua. Satu yang digunakan presiden dan satu cadangan.

"Itu protap. Namun, ini enggak. Kami selaku penanggung jawab dan Paspampres kan kalau bekerja di luar standar ya gimana," keluhnya.

Belum lagi mobil untuk tamu negara. Saat ini hanya ada satu mobil untuk itu.

Apakah berarti pengadaan mobil dinas presiden nanti lebih dari delapan? Heru meminta wartawan menanyakannya ke Setneg. Yang pasti, pengadaan akan dilakukan secara bertahap, dengan memerhatikan anggaran yang dimiliki negara.

"Besok kan beli mungkin dua (mobil), tahun depan tambah dua," jelasnya.

Jika sudah ada mobil dinas baru, yang lama akan jadi cadangan.

Rupanya, bukan cuma mobil Presiden yang kerap mogok dan bermasalah. Mobil menteri juga. "Saya dengar beberapa menteri enggak pakai kendaraan itu ka rena sering mogok. Mesinnya panas dan lain-lain," beber Heru.

Karena itu, Heru menganggap wajar jika mobil para menteri yang sebaya dengan mobil dinas presiden juga diganti.

Menkominfo Rudiantara membenarkannya. Menurut dia, meski masih bisa dipakai, tetapi mobil dinasnya beberapa kali mengalami masalah. Misalnya, AC-nya mati. Yang cukup parah, bagasi belakang mobilnya pernah tak bisa ditutup. "Jadi ditutup pakai lakban hitam," tuturnya.

Rudiantara pun memilih menggunakan mobil sewaan kementerian alias rental ketimbang mobil dinasnya itu. Kalau tidak, dia menggunakan mobil pribadinya. "Lebih nyaman," kata Rudiantara.

Kepala Kantor Staf Presiden, Moeldoko, juga mengamini mobil dinasnya beberapa kali dirundung masalah. Dia pun menilai, sudah sewajarnya mobil dinas menteri diganti yang baru. "Mobil saya kan sudah beberapa kali ke bengkel. Ya mungkin sudah waktunya diganti. Mungkin," ujarnya.

Dia menjelaskan, masalah keamanan menjadi alasan utama penggantian mobil dinas. Eks Panglima TNI itu khawatir, mobil dinas rusak atau mogok di tengah jalan. "Ya kan kami kadang-kadang perlu kecepatan tinggi, kenyamanan. Sebenarnya pendekatannya soal keamanan," tutur Moeldoko.

Moeldoko menambahkan, rencana pergantian mobil dinas itu pernah dicanangkan di akhir masa jabatan Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Namun, rencana itu urung terlaksana.

Pada 2016, SBY pernah menggunakan salah satu dari mobil dinas Presiden yang ada saat ini. Saat itu, SBY mengakui, mobil tersebut memang bermasalah.

"Sebenarnya mobil yang disediakan negara tersebut sangat jarang saya gunakan. Terakhir kali saya naiki bulan September 2016 dan waktu itu baru saya gunakan sekitar 20 menit langsung rusak," ungkap SBY pada 22 Maret 2017. (***)

Penulis: admin