Nasional

Rupiah Semakin Lemah, PHK Massal Menanti Jutaan Pekerja Indonesia


Rupiah Semakin Lemah, PHK Massal Menanti Jutaan Pekerja Indonesia
foto: ist
Ketua DPD Perindo Jaksel, Syarief Hidayatullah (Sebelah Kiri).
JAKARTA, PESISIRNEWS.COM - Menguatnya nilai tukar dollar dengan rupiah yang kini sudah mencapai berkisar Rp 13.500/per dollar, diasumsikan bisa membuat sejumlah perusahaan akan gulung tikar.

Pasalnya, melemahnya rupiah yang merujuk pada krisis ekonomi di Indonesia (sebelumnya juga pernah terjadi di tahun 1998 pada masa Pemerintahan Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden RI Kedua Jenderal TNI Soeharto).

Mengamati situasi tersebut, Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Partai Persatuan Indonesia (Perindo) Jakarta Selatan Syarief Hidayatullah menilai, bila krisis ini terjadi nantinya akan berdampak buruk kepada sejumlah perusahaan yang bekerja di bidang sektor industri. Sehingga, persoalan tersebut pun akan memberikan ancaman serius bagi seluruh pekerja di Indonesia yang bakal terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara massal.

"Semakin menguatnya dollar terhadap rupiah juga akan dibarengi dengan banyaknya PHK di semua pabrik, tinggal menunggu waktu saja," kata Syarief yang juga menjabat di kepengurusan Dewan Harian Nasional (DHN) Gedung Joang, melalui keterangan tertulis yang dikirimkan kepada wartawan, Sabtu (01/8/2015) malam.

Ketua Umum Barisan Islam Kaffah (Buikaff) ini pun menerangkan, akan ada sekitar kurang lebih jutaan pekerja Indonesia yang bekerja di sektor industri yang bakal terancam PHK massal. Dan situasi ini, kata Syarief, sangat beda-beda tipis dengan krisis ekonomi yang pernah dihadapi oleh Indonesia pada tahun 1998.

"Diperkirakan jutaan pekerja Sektor Padat Modal (Capital Intensive) yang akan terancam PHK. Dan ini mendekati 1998 bisa terjadi krisis jika dibiarkan," kata Syarief.

Dalam pengakuannya, Syarief menambahkan bahwa situasi tersebut juga terjadi karena hampir seluruh investor di Indonesia sedang menunggu dan melihat (wait and see) perkembangan kondisi ekonomi Indonesia yang kian merosot.

Sementara, mengenai ancaman PHK massal, dirinya mengaku bahwa sudah ada juga laporan mengenai potensi PHK massal. Dan itu, kata dia, indikasi PHK massal tersebut terlihat dari kinerja perusahaan yang sudah mulai melakukan efisiensi dengan mengurangi jam kerja kepada pekerjanya.

Lebih lanjut, Pria berkumis tebal ini menambahkan mengenai laporannya yang berkaitan dengan Industri Padat Karya (Labour Intensive) yang juga akan melakukan PHK massal dengan alasan habisnya masa kerja/putus kontrak.

"PHK yang terjadi kepada karyawan kontrak yang sudah habis masa kontraknya, yang tidak diperpanjang kontrak nya. Jadi ini sebenarnya kelaziman menjelang lebaran, sebelum-sebelumnya juga gitu," pungkasnya. (rls)

(rik)

Penulis: