Nasional

Pada Sesi Makan Siang KTT G20, Presiden Jokowi Jelaskan Demokrasi dan Geografis Indonesia


Pada Sesi Makan Siang KTT G20, Presiden Jokowi Jelaskan Demokrasi dan Geografis Indonesia

Presiden Jokowi jelaskan demokrasi dan geografis Indonesia pada sesi makan siang KTT G20 di Nusa Dua,Bali, Rabu (16/11). (Dok./PR)

NUSA DUA (Pesisirnews.com) - Dalam acara jamuan makan siang pemimpin G20 di Nusa Dua, Bali, pada Rabu (16/11/2022), Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dihadapan para pemimpin negara G20 dan tamu undangan dengan bangga menyebut Indonesia sebagai negara maritim.

Tampak turut bersama Presiden, antara lain, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) Mathias Cormann dan Managing Director International Monetary Fund (IMF) Kristalina Georgieva.

Setiba di lokasi, Presiden terlihat berbincang-bincang bersama para pemimpin lainnya, antara lain, Perdana Menteri (PM) Arab Saudi Mohammed bin Salman, Presiden Persatuan Emirat Arab (PEA) Mohamed Bin Zayed Al Nahyan, Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres, Kanselir Jerman Olaf Scholz, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

“Selamat datang pada sesi jamuan makan siang,” ucap Presiden Jokowi kepada para delegasi yang hadir.

Presiden Joko Widodo menyebut tema untuk KTT ‘recover together, recover stronger’ yang mengesampingkan perbedaan kita dan bersatu dalam damai

Pada kesempatan itu, Presiden Jokowi mengajak para pemimpin untuk melakukan berbagai cara untuk mengakhiri semua konflik yang sedang melanda dunia. Dia juga menegaskan bahwa paradigma dan semangat kolaborasi sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan dunia.

“Dunia sedang mengalami tantangan yang luar biasa akibat berbagai krisis, mulai dari pandemi Covid-19, rivalitas yang menajam, hingga perang yang terjadi,” katanya.

Berbagai krisis tersebut berdampak terhadap ketahanan pangan, energi, dan keuangan yang sangat dirasakan dunia, terutama oleh negara berkembang.

Presiden Jokowi menegaskan bahwa bertanggung jawab berarti menghormati hukum internasional dan prinsip-prinsip Piagam PBB secara konsisten. Bertanggung jawab juga berarti menciptakan situasi win-win, bukan zero-sum.

“Bertanggung jawab di sini juga berarti kita harus mengakhiri perang. Jika perang tidak berakhir, akan sulit bagi dunia untuk bergerak maju. Jika perang tidak berakhir, akan sulit bagi kita untuk bertanggung jawab atas masa depan generasi sekarang dan mendatang,” ungkapnya.

“Kita seharusnya tidak membagi dunia menjadi beberapa bagian. Kita tidak boleh membiarkan dunia jatuh ke dalam perang dingin lainnya.”

Halaman :
Penulis:

Editor: Anjar