Peristiwa

Kisah Pilu Kakek-Nenek Tinggal Di Gubuk Reyot Kadang Makan Kadang Puasa,Di Kunjungi IWO Inhil

pesisirnews.com pesisirnews.com
Kisah Pilu Kakek-Nenek Tinggal Di Gubuk Reyot Kadang Makan Kadang Puasa,Di Kunjungi IWO Inhil

PESISIRNEWS.COM - Kakek Saidi (75) dan istrinya Jamiah (82) kini hanya bisa menikmati masa tuanya di sebuah gubuk reyot. Keduanya terpaksa tinggal di rumah seadaannya lantaran tidak memiliki rumah pribadi untuk berteduh.


BACA JUGA :Gubernur-DKI-Jakarta-Akui-Tanda-Tangan-Cetak-Di-Sertifikat-Adikarya-Wisata-Bagi-Diskotek-Colosseum-1001


Saat ini, pasangan suami istri tersebut merupakan penduduk RT/RW 003/001, Jalan Pekan Arba, Kelurahan Pekan Arba, Kecamatan Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil). Hanya tinggal di hunian yang terbuat dari kayu dan ukuran sekitar 2x2 meter persegi dengan keadaan rumah panggung.


Begitu juga dengan lokasi hendak menuju kegubuk, sekitar 400 meter jauhnya kedalam dengan kondisi jalan penuh lumpur tepatnya didaerah sebrang lokasi gedung PSMTI Kabupaten Inhil.


BACA JUGA :Sedang-Asik-Main-Judi-Mesin-Ikan-ikan--5-Pelaku-Diciduk-Tim-Buser-Polres-Kampar


"Sudah tinggal dirumah ini sekitar 5 tahun," kata Kakek Saaid ketia Ikatan Wartawan Online (IWO) Kabupaten Inhil berkunjung dikediamannya, Selasa (17/12/2019) sore.


Meski tanpa keluh kesah lantaran hidup dalam himpitan ekonomi, Saidi dan Jamiah tidak akan meminta-minta seperti pengemis yang ada dijalanan.


Pasangan lansia ini mengatakan keinginan mempuntai rumah sudah tidak memungkinkan, lantaran umur mereka yang sudah tua tidak sanggup lagi bekerja keras dan kondisi kesehatan seiring usianya yang sudah lanjut. Sehingga tidak bisa menggapai cita-cita tersebut.


"Alhamdulillah nenek masih ada anak 2 orang," tutur Sahid.


Untuk memenuhi kehidupan sehari-hari pasangan suami istri tersebut terpaksa bekerja kebun milik orang lain, dimana kebun tersebut lokasi yang dia buat gubuk.


"Kemaren kakek pernah memilihara kebun Camat, didekat lokasi sini juga. Dia janjikan memberi tanah, tapi kakek dibohonginya,"kata Kakek Saidi, saat itu hendak meneteskan air mata ketika mengingat janji Camat tersebut.


Kemudian ketia awak media hendak mempertanyakan nama oknum Camat tersebut. Kakek enggan untuk memberi tahu namanya, kata kakek biarlah menjadi amal bagi kakek dan nenek.


"Kakek Iklas. Alhamdulillah berkat perlindungan Allah kakek masih punya tempat tinggal, dan yang punya kebun membolehkan kakek tinggal disini dan mengambil buah dari kebun ini untuk kebutuhan sehari-hari,"ungkapnya.



Prinsip suami istri ini tetap tegar. Meski perut keroncongan, mereka pantang mengemis. Hal tersebut diungkapkan kakek ketika beberapa pengurus IWO mempertanyakan keuangan kakek.


"Dalam sehari-hari kadang kakek dan nenek puasa, karena tidak ada beras untuk dimasak. Tapi kami tidak akan mengemis," pungkasnya.

[ADSENSE]

Kakek Said bercerita, saat kondisi masih muda dan sehat dia bekerja sebagai serabutan kebun, buruh dan lainnya yang bisa dia kerjakan. Upahnya dikumpulkan untuk keperluan sehari-hari termasuk biaya anaknya saat ngontrak rumah. Namun sekarang usia tidak muda lagi tenaga berkurang sehingga tak mampu lagi bekerja seperti dulu.


"Sekarang sudah tua tidak bisa bekerja keras, hanya memelihara kebun orang dan mengambil hasilnya," ucap Said.


Selain itu kondisi fisiknya yang semakin lemah dilihat. Kakek pun menyampaikan bahwa anaknya sering mengajak untuk tinggal bersamanya, tetapi kakek berkeras untuk tetap tinggal berdua dengan nenek walau hanya rumah petak ditengah kebun.


"Anak kakek kedunya sudah menikah, punya istri dan anak. Kakek dan Nenek tidak mau merepotkan mereka, mereka juga dalam kesulitan. Biarkah kakek dan nenek tinggal disini, mereka juga sering menjenguk kakek dan nenek,"kata kakek.


Pasangan kakek dan nenek ini sudah menikah kurang lebih 60 tahun dan saat ini mereka masih bersama baik suka dan duka. Dikatakan kakek bahwa nenek wanita hebat, dimana nenek banyak membantu kakek.


"Ketika kakek sakit dan tidak bisa bekerja, neneklah yang mengurus segalanya. Nenek perempuan penolong kakek, bukan hanya menjadi istri. Tetapi menjadi teman hidup,"cerita kakek.


Ketia kami hendak berbicara dengan nenek, nenek saat itu berada dipasar lantaran membantu orang menjual sepatu dipasar jongkok (PJ).


Tidak hanya itu, kisah memilukan lainnya nampak kediaman kakek hanya memiliki lampu duduk/lampu api tanpa aliran listrik.


"Trimakasih yang sudah berkunjung disini, kakek bahagia. Semoga menjadi kalian semua diberikan kesehatan dan rejeki yang melimpah oleh Allah,"pungkasnya.

[MGID]

Selama ini dikatakannya hanya mendapat bantuan dari Pemerintah Kabupaten Inhil hanya berupa kartu BPJS Kesehatan dan untuk bantuan lainnya belum pernah. Tetapi kakek tidak menyesalkan semua itu, karna dia menganggap perjalanan hidup bukan tempat mengadu kepada manusia saja, akan tetapi mengadu dan memohon kepada Allah.


"Harus bersukur dengan apa yang kita miliki,"tutup kakek.(***)

Penulis: Haikal