Peristiwa

BNPT Sebut Ormas Garda Terdepan Penanggulangan Paham Radikal dan Terorisme di Rakernas I PB Mathla'ul Anwar


BNPT Sebut Ormas Garda Terdepan Penanggulangan Paham Radikal dan Terorisme di Rakernas I PB Mathla'ul Anwar

Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid.  (Foto via Suara.com)

JAKARTA, Pesisirnews.com - Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid mengatakan organisasi masyarakat (ormas) keagamaan merupakan garda terdepan dalam pencegahan penyebaran radikal terorisme dengan memberikan vaksinasi ideologi kepada umatnya.

Yaitu dengan menggaungkan nasionalisme dengan pendekatan agama dan ajaran agama yang baik dan benar, serta menjunjung tinggi toleransi, serta ideologi Pancasila. Hal ini karena ideologi terorisme sebagai gerakan politik kerap memanipulasi dan mendistorsi agama untuk mengganti ideologi negara dengan ideologi lain yang bertentangan dengan Pancasila sebagai konsensus nasional, katanya.

“Terorisme adalah gerakan politik kekuasaan dengan memanipulasi dan mempolitisasi agama yang bertujuan mengganti ideologi negara dengan ideologi transnasional. Wataknya adalah intoleran terhadap perbedaan dan keberagaman, serta eksklusif terhadap perubahan,” ujarnya di Serang, Banten, dalam keterangan tertulisnya, Minggu (13/2/2022).

Pernyataan itu diucapkan Nurwakhid saat menjadi narasumber pada acara Rakernas I Pengurus Besar (PB) Mathla'ul Anwar dengan tema: "Arah Baru Menata Umat Merekat Bangsa", di Kota Serang, Banten, Sabtu.

Pada kesempatan itu, ia memberikan pemahaman terkait hubungan eksklusifisme, intoleransi, radikalisme dan aksi terorisme. Menurutnya, sikap eksklusif dan intoleran adalah watak dasar dari radikalisme, yang menjiwai semua aksi terorisme dan semuanya diawali oleh paham takfiri.

“Jadi tidak ada kaitannya aksi radikal terorisme dengan agama apapun, karena bertentangan dengan ajaran semua agama. Namun terkait dengan pemahaman dan cara beragama yang salah dan menyimpang dari oknum umat beragama, dan biasanya didominasi oleh mayoritas umat beragama di wilayah tersebut,” katanya.

Nurwakhid mengungkapkan, bukti dari efektivitas peran ormas keagamaan dan tokoh agama dalam melakukan pencegahan atau kontra radikalisasi terutama di dunia maya terlihat dari data indeks potensi radikalisme tahun 2019 yang berada di angka 38 persen. Begitu terjadi pandemi COVID-19 awal tahun 2020, dalam survei yang dilakukan BNPT bulan Oktober-November 2020, indeks potensi radikalisme itu turun dari 38 menjadi 12,2 persen.

“Artinya apa? Salah satu faktor penurunan diakibatkan masifnya tokoh agama dan tokoh masyarakat moderat yang selama ini tidak aktif berdakwah di media sosial, menjadi aktif ikut berdakwah di berbagai platform media sosial,” ungkapnya.

Dalam survei Setara Institute, lanjut Nurwakhid, selama ini konten keagamaan intoleran dan radikal di media sosial atau dunia maya berada di kisaran lebih dari 67 persen, tapi sejak tahun lalu jumlah itu terus menurun setelah diimbangi konten keagamaan moderat yang dilakukan oleh para ulama, kiai, guru, dan anak muda yang selama ini tidak aktif di media sosial.

Dia melanjutkan, pentingnya peran ormas keagamaan juga dilandasi dengan bahayanya ideologi radikal terorisme sebagai gerakan politik, yang kerap memanipulasi agama untuk mengganti ideologi negara dengan ideologi lain yang bertentangan dengan Pancasila sebagai konsensus nasional.

Nurwakhid menegaskan bahwa tindakan, watak dan aksi terorisme yang terjadi selama ini tentunya sangat bertentangan dengan nilai agama dan nilai kearifan lokal bangsa yang sangat multikultural.

Halaman :
Penulis:

Editor: Anjar