Peristiwa

Sosiolog Soroti Adegan Tak Etis di Medsos yang Menormalisasi Kekerasan


Sosiolog Soroti Adegan Tak Etis di Medsos yang Menormalisasi Kekerasan

Ilustrasi: Mempertontonkan adegan berbahaya di medsos. (Kredit via New York Post)

JAKARTA (Pesisirnews.com) - Melakukan “siaran tak biasa”, seperti mandi lumpur atau pun menampar pipi dengan tangan kosong, seperti yang viral di media sosial (medsos), dinilai sebagai perilau mencari perhatian untuk mengeruk keuntungan.

Hal itu dikemukakan oleh Sosiolog Universitas Gadjah Mada Derajad S Widhyharto. Dia menyebut, perilaku demikian sebetulnya sudah lama ada dan dilakukan di berbagai kesempatan.

Sebut saja contohnya, menyawer biduan saat pentas musik dangdut termasuk contoh mencari perhatian demi keuntungan. Namun, meski sama-sama mencari perhatian, Derajad menilai siaran langsung para kreator di Tiktok tidak etis.

“Ini tidak etis karena mereka (kreator konten) tidak punya keterampilan. Berbeda dengan penyanyi dangdut yang punya skill dan dipamerkan, kemudian diapresiasi orang lain dengan nyawer,” ujarnya dilansir dari KOMPAS.TV, Rabu (25/1/).

“(Siaran) ini lebih ke eksploitasi diri. Menurut saya, ini problematik,” imbuh Derajad.

Alih-alih menghibur atau mendidik, berbagai aksi yang ditampilkan selama siaran dinilai sebagai dehumanisasi. Dikhawatirkan, fenomena itu menumpulkan kepekaan publik terhadap nilai kemanusiaan. Siaran itu juga dikhawatirkan menormalisasi kekerasan.

“Menampar diri sendiri seolah-olah martabat manusia rendah sekali. Kita jadi mengenal kekerasan terhadap diri sendiri untuk dapat uang,” katanya.

Halaman :
Penulis:

Editor: Anjar