Politik

Pilpres 2019 Penuh Kejutan,Simak Sosiolog Ini Punya Catatan Tersendiri

Pesisirnews.com Pesisirnews.com
Pilpres 2019 Penuh Kejutan,Simak Sosiolog Ini Punya Catatan Tersendiri

Tampak Sandi yang begitu hormat kepada Kiai Ma'ruf. (FT/IST)screenshot

JAKARTA,PEDISIRNEWS.COM-Pilpres 2019 diyakini bakal penuh kejutan, bisa menjungkir-balikkan lembaga survei. Setelah Musni Umar, Sosiolog dan Rektor Universitas Ibnu Chaldun Jakarta menyodorkan hasil wawancaranya, kini, Jurubicara Prabowo-Sandi, Angga Wira juga menyimpan angka-angka yang beda dengan lembaga survei.


Meski begitu, Angga Wira tetap menjadikan hasil sejumlah lembaga survei sebagai cambuk kemenangan. Yang jelas, fakta lapangan dan angka internal, membuatnya yakin, akan ada kejutan.


"Akan ada kejutan. Kalau menurut prediksi saya, Prabowo-Sandi akan menang dengan selisih antara 8 sampai 9 persen," ucapnya usai menjadi pembicara dalam acara rilis hasil survei CRC, di Bakoel Koffie, Jakarta, Minggu (10/2).


Dalam rilis CRC elektabilitas Jokowi-Maruf sebesar 56,1% sementara Prabowo Subianto-Sandiaga 31,7%. "Hasil ini tetap menjadi referensi dan informasi, pegangan bagi tim Prabowo-Sandi untuk melakukan langkah-langkah dalam dua bulan ke depan," tegas Angga Wira.


Survei CRC ini dilakukan 23-31 Januari 2019 dengan melibatkan 1.200 responden dan menggunakan metode penarikan sampel multistage random sampling. Margin of error survei plus minus 2,83% dengan tingkat kepercayaan 95,0%. Masalahnya, hampir seluruh lembaga survei sudah teken kontrak dengan politisi. Ini yang membuat survei tidak murni dan akhirnya tenggelam dalam kenyataan.

Hasil Wawancara Musni Umar


Berbeda dengan Musni Umar, sosiolog yang juga Rektor Universitas Ibnu Chaldun Jakarta ini dengan telaten melakukan wawancara sendiri. "Sejak pemilihan Presiden RI secara langsung pada tahun 2004, sebagai sosiolog saya telah mengamati dan mengalisis Pemilu Presiden dengan mewawancarai banyak orang untuk mengetahui siapa yang akan dipilih rakyat dalam Pemilu Presiden RI sebelum Pemilu dilaksanakan," tulisnya.


"Begitu juga, saya aktif mengamati dan menganalisis Pemilihan Gubernur DKI, karena Jakarta sebagai ibukota negara adalah barometer nasional dalam segala hal termasuk dalam bidang politik. Alhamdulillah semua pengamatan dan analisis saya sebagai sosiolog tidak pernah meleset – selalu tepat dan benar," katanya.


Berikut catatannya yang beredar di media sosial:


Pada Pemilu Presiden RI pertama secara langsung tahun 2004, bertarung lima pasang calon, yaitu Megawati Sukarno-Hasyim Muzadi, Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla, M. Amien Rais-Siswono Yudohusodo, Hamzah Haz-Agum Gumilar, Wiranto-Salahuddin Wahid.


Pada saat itu saya mewawancarai banyak orang dan jauh sebelum hari H saya sudah mengatakan kepada banyak pihak bahwa SBY-JK akan memenangi Pemilu Presiden RI.


Begitu pula dalam Pemilu Presiden RI 2009 bertarung tiga pasangan calon Presiden yaitu Susilo Bambang Yudhoyono-Budiono, Megawati Sukarno Putri-Prabowo Subianto, dan Jusuf Kalla-Wiranto. Saya juga melakukan hal yang sama dan memastikan jauh sebelum H., SBY-Budiono akan memenangi Pemilu Presiden RI 2009.


Pada Pemilu Presiden RI tahun 2014 bertarung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa melawan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Saya juga melakukan wawancara dengan banyak orang dan bahkan saya menulis buku "Jokowi Satrio Piningit Indonesia" yang diluncurkan di Megawati Center Jalan Proklamasi Jakarta. Pengamatan dan analisis sosiologis saya menjadi kenyataan, Jokowi-JK terpilih menjadi Presiden-Wakil Presiden RI periode 2014-2019.


Prabowo-Sandi 2019


Tanpa bermaksud mendahului Pemilu 17 April 2019 dan keputusan KPU tentang hasil Pemilu, sebagai sosiolog dan akademisi yang memegang nilai-nilai kejujuran, kebenaran dan keadilan, saya sampaikan bahwa berdasarkan hasil wawancara saya dengan banyak orang sejak dimulai kampanye 23 September dan terakhir 30 Desember 2018 saat saya jalan kaki di Car Free Day Jalan Jenderal Sudirman-Jalan MH. Thamrin Jakarta, serta hasil pengamatan dan analisis sosiologis saya sebagai Sosiolog, dengan ini saya kemukakan bahwa Pemilu Presiden 2019 akan dimenangi Prabowo-Sandi.


Indikator sosiologis bahwa Pemilu Presiden akan dimenangi Prabowo-Sandi, pertama, hasil wawancara saya dengan para tokoh di daerah melalui telepon dan wawancara langsung dengan para anggota dewan dari 26 DPRD seluruh Indonesia yang mengikuti Bimtek di Jakarta yang dilaksanakan LPPM Universitas Ibnu Chaldun Jakarta.


Kedua, hasil wawancara langsung dengan peserta reuni 2012 (1-2 Desember 2018) yang menginap di Hotel Takes Mansion Thamrin Jakarta, yang datang dari Medan, Bengkulu, Jambi, Samarinda, Surabaya, dan daerah lain serta ratusan peserta yang saya wawancarai di jalan MH. Thamrin Jakarta saat reuni akbar 212. Semuanya menghendaki ganti Presiden 2019.


Ketiga, hasil wawancara saya di kawasan padat di Mangga Besar, Pecenongan dan jalan Juanda Jakarta dengan rakyat jelata, yang mengimpikan perubahan Indonesia seperti yang terjadi di DKI dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017.


Keempat, kampanye yang dilaksanakan Sandiaga Salahudin Uno, Calon Wakil Presiden RI di berbagai daerah seluruh Indonesia yang selalu membludak dihadiri ribuan orang. Begitu pula, kampanye Prabowo Subianto, Calon Presiden RI yang kampanye di berbagai daerah seluruh Indonesia.


Kelima, seluruh polling di media sosial dimenangi pasangan Prabowo-Sandi dengan kemenangan telak (mutlak).

Alasan Ganti Presiden


Banyak faktor yang mendorong rakyat mau ganti Presiden 2019 antara lain: Pertama, faktor ekonomi. Rakyat jelata bertambah sulit hidupnya (nelongso), susah cari pekerjaan, sembako mahal, perusahaan banyak gulung tikar, banyak pengangguran, tenaga kerja China banjiri Indonesia, kekayaan alam Indonesia dikuras bukan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.


Kedua, faktor Agama. Ulama di kriminalisasi, umat dipecah belah dan komunis ditengarai bangkit di Indonesia. Ketiga, korupsi merajalela. Korupsi di eksekutif, legislatif dan yudikatif sendiri-sendiri serta berjamaah masif dilakukan. Pembangunan infrastruktur yang dijadikan andalan tidak luput dikorupsi.


Keempat, utang pemerintah Indonesia serta BUMN semakin bertambah besar jumlahnya, sehingga amat membebani APBN karena sangat besar dana dialokasikan untuk bayar bunga dan utang pokok. Dampaknya, rakyat tidak merasakan kesejahteraan dalam pembangunan


Kelima, kedaulatan Indonesia tergadai. Untuk mengecam pembantaian Muslim Rohingya dan Uighur tidak berani dilakukan. Keenam, kesenjangan, ketidakadilan dan separatisme dibiarkan.


Atas dasar itu, kita menyaksikan dukungan rakyat kepada Prabowo-Sandi dalam Pemilu Presiden 2019 bagaikan tsunami yang menerjang-tidak bisa dibendung oleh siapapun, seperti yang pernah dialami Jokowi dalam Pilgub DKI 2012 dan Pemilu Presiden 2014. Allahu a'lam bisshawab. (dta/rmol.net)


Penulis: Zanoer