Pelaku membuka warung nasi goreng dan masakan Malaysia di Desa Sambi, Kecamatan Ringinrejo, Kabupaten Kediri.
Tetangga pelaku yang ada di sebelah timur warung nasi goreng, Sujilah (65) mengetahui pelaku menjerit-jerit ketakutan pada malam hari seperti orang ketakutan.
"Pelaku sempat menjerit-jerit seperti orang ketakutan.
Padahal di warungnya juga ada temannya.
Dia bilang wedi aku, wedi aku (aku takut- aku takut)," ungkap Sujilah menirukan teriakan pelaku kepada SURYA.co.id, Sabtu (13/4/2019).
Kondisi rumah AS, salah satu pembunuh guru honorer asal Kota Kediri, Budi Hartanto, di Dusun/Desa Mangunan, Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar, Jumat (12/4/2019). (TRIBUNJATIM.COM)
Mengetahui ada suara ribut-ribut di warung depan rumahnya, Sujilah sempat mengintip melihat kejadian di luar dari balik kelambu rumahnya.
Sejumlah tetangga lainnya juga ada yang mengintip.
Pelaku juga terlihat sempat berlari dari warungnya ke jalan dengan ekspresi seperti orang yang ketakutan.
Keesokan harinya Sujilah sempat menanyakan kejadian yang membuatnya menjerit-jerit ketakutan.
Pertanyaan itu dijawab oleh pelaku yang mengaku pundaknya seperti kejatuhan kayu.
"Saat mencuci piring saya tanya, ada apa tadi malam jerit-jerit ketakutan?
Dia menjawab kaget karena pundaknya seperti kejatuhan kayu yang berat," ungkapnya.
Sejak kejadian itu, warung nasi goreng yang dikelola Aris kemudian tutup.
Usaha warung nasi goreng di Desa Sambi baru sekitar 10 hari.
Sebelum Terbunuh, Budi Hartanto Korban Mutilasi Keluar Rumah Bawa Banyak Uang, Ini Kata Keluarga (Kolase TribunStyle)
Sehingga warga belum banyak yang mengetahui identitasnya.
Termasuk Sujilah yang rumahnya bersebelahan malahan mengaku belum kenal namanya.
"Kami memang sempat bertegur sapa, tapi saya tidak tanya siapa namanya," ujarnya.
Sedangkan warung yang dipakai berjualan milik warga yang saat ini merantau bekerja sebagai TKI di Malaysia.
Aris yang juga pernah menjadi TKI di Malaysia merupakan warga Desa Mangunan, Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar.
Aris bersama dengan Azis merupakan dua tersangka kasus mutilasi Budi Hartanto, guru honorer dan pemilik sanggar CK Dance Home yang berlokasi di ruko GOR Jayabaya, Kota Kediri.
Fakta-fakta pembunuhan guru honorer
Fakta-fakta terbaru mengenai kasus pembunuhan guru honorer, Budi Hartanto terungkap.
Diberitakan sebelumnya, kedua pelaku bernama Aris Sugianto alias AS alias AP dan Ajis Prakoso alias AJ.
Keduanya ditangkap di tempat berbeda. AP ditangkap saat ke Jakarta, sedangkan AJ ditangkap di Kediri.
AP ditangkap saat berada dalam bus di Tol Dalam Kota Tegal Parang, Jakarta Selatan pukul 07.50 WIB.
Sementara pelaku berinisial AJ diringkus oleh kepolisian Kediri.
Kemudian masih banyak pula fakta baru terkait kasus pembunuhan guru honorer asal Kediri, berkut hasil rangkuman SURYA.co.id.
1. Resmi Dipindahkan ke Polda Jatim
Kedua pelaku pembunuhan guru honorer, Budi Hartanto (28). resmi dipindahkan ke Polda Jatim, pada Sabtu (13/4/2019).
Dipantau awak media pada Jumat (12/4/2019) sekitar pukul 23.40 WIB, keduanya langsung digelandang ke Ruang Penyidik Subdit Jatanras Polda Jatim di Gedung Direktorat Reserse Kriminal Umum.
2. Kaki Terluka
Seusai turun dari mobil penyidik, terlihat kaki kiri kedua pelaku terbungkus perban.
Menurut informasi, luka itu akibat tertembus timah panas dari petugas.
"AJ yang ditangkap di Kediri mencoba kabur saat dibawa untuk menunjukkan lokasi peristiwa pembunuhan," kata Kabid Humas Polda Jawa Timur, Kombes Frans Barung Mangera, Sabtu (13/4/2019).
Akibatnya, mereka berdua saat memasuki ruangan tersebut berjalan secara tertatih-tatih, bahkan sesekali meloncat-loncat dan dipapah oleh beberapa penyidik yang membantunya.
Baca Juga :Akun Tokoh Pendukung Prabowo Dibajak, Isinya Diganti Fitnah terhadap Ustad Abdul Shomad
Koper yang digunakan membungkus jasad guru honorer asal Mojoroto, Kota Kediri, ketika berada di kamar jenazah RSUD Mardi Waluyo, Kota Blitar. (surya/samsul hadi)
3. Kronologi Pembunuhan dan Mutilasi
Seorang penyidik yang tak mau disebutkan namanya, memulai proses interogasi kepada keduanya.
Interogasi tersebut diawali dengan sebuah pertanyaan tentang proses mutilasi korban.
Saat ditanya penyidik perihal siapa yang memenggal leher korban, Ajis dengan sedikit memicingkan mata ke arah penyidik, mengawali diri menjawab pertanyaan itu.
Artikulasi ucapannya terbilang lugas, hanya saja intonasinya terdengar agak begitu lirih, seakan masih ragu hendak menyampaikan keutuhan informasi tersebut.
Meski begitu, akhirnya pelaku mengungkap kronologi mutilasi guru honorer bernama Budi Hartanto.
Ajis mengaku, dirinyalah yang melakukan proses mutilasi pertama kali pada bagian leher korban.
Karena sempat alami kesulitan, pekerjaan Ajis yang belum sepenuhnya rampung itu, akhirnya dilanjutkan oleh Aris Sugianto.
Salah satu pria berinisial AS yang diduga sebagai pelaku mutilasi mayat dalam koper di Blitar, Jawa Timur. (Foto : Dok PMJ). (Dok PMJ.)
"Pertama saya, terus dilanjutkan dia," katanya.
Kepada penyidik, Ajis menegaskan, proses mutilasi bagian leher dilakukannya berdua dengan Aris.
"Iya kami potong berdua bergantian," lugasnya seraya menganggukkan kepala ke arah penyidik.
Setelah proses mutilasi usai, lanjut Ajis, dirinya bersama Aris memasukkan potongan tubuh korban ke dalam koper.
Koper itu diketahui, ternyata milik ibunda Aris.
"Kami masukan ke dalam koper berdua juga," katanya.
Setelah rampung mengemasi potongan tubuh korban ke dalam koper.
Ajis menerangkan, keduanya langsung membuang ke pinggir sungai bawah Jembatan Karanggondang, Udanawu, Blitar.
"Kami berdua buang koper itu di sungai," tandasnya.
4. Motif Pembunuhan
Kabid Humas Polda Jatim, Kombespol Frans Barung Mangeran mengatakan, motif asmara menjadi pemicu pembunuhan sadis itu.
"Sudah kami duga sejak awal pelaku adalah sangat mengenal korban. Keduanya diduga memiliki hubungan spesial dengan korban.
"Karena itu kami membaca ada hubungan asmara antara pelaku dan korban," kata Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Frans Barung Mangera, Jumat (12/4/2019).
Kendati demikian, Frans Barung enggan untuk menjelaskan secara detail kisah asmara antara pelaku dan korban.
Diakui Barung, keduanya merupakan teman dekat di sebuah komunitas.
"Bahkan (korban dan 2 pelaku) pernah memiliki hubungan spesifik dengan orientasi pada komunitas tertentu," terang Barung.
Baca Juga :Wakil Bupati Inhil Kunjungi PT. GIN
Namun ia membocorkan jika korban sering berganti pasangan.
"Almarhum banyak pacarnya," ungkap Barung.(dan)