Daerah

Nilai Strategis Provinsi Kepri Dilihat dari Sisi Kepentingan Nasional dan Internasional


Nilai Strategis Provinsi Kepri Dilihat dari Sisi Kepentingan Nasional dan Internasional

Ilustrasi: Kantor Pemerintahan Provinsi Kepri. (Foto: Inilahkepri.id)

TANJUNGPINANG (Pesisirnews.com) - Provinsi Kepulauan Riau atau Kepri terbentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 2002, merupakan Provinsi ke-32 di Indonesia. Secara adminsitratif Provinsi Kepri diresmikan pada tanggal 1 Juli 2004 dengan Tanjungpinang sebagai Ibu Kota provinsi.

Kepri merupakan provinsi yang unik sekaligus‘seksi’. Keunikan provinsi ini disebabkan berbatasan dengan sejumlah negara dan memiliki 2.408 pulau.

Lima dari tujuh kabupaten dan kota di Kepri merupakan pulau terpisah. Hanya Tanjungpinang, Ibu Kota Kepulauan Riau, yang satu daratan dengan Kabupaten Bintan.

Kabupaten Natuna, yang berada di utara Indonesia, berbatasan dengan Laut China Selatan, dan tiga negara lainnya yakni Thailand, Vietnam, dan Malaysia. Konflik di Laut China Selatan setelah China mengklaim wilayah itu, menyebabkan posisi Natuna secara geopolitik dan geostrategis, menjadi krusial.

Melihat posisi politis dan strategis Kepri, Indonesia pun membangun pangkalan pertahanan gabungan di Natuna, kemudian tahun 2019 membentuk Pangkalan Komando Gabungan Wilayah I yang bermarkas di Kota Tanjungpinang.

Perairan Kabupaten Karimun dan Kota Batam memiliki posisi penting karena berbatasan dengan Selat Malaka, salah satu jalur pelayaran dan perdagangan tersibuk di dunia. Perairan Selat Malaka menghubungkan Samudera Hindia dengan Samudera Pasifik melalui Laut China Selatan.

Jalur pelayaran itu merupakan rute terpendek antara kawasan timur tengah sebagai daerah penghasil minyak dan negara-negara pengguna minyak di kawasan Asia Timur dan Tenggara. Puluhan ribu kapal kapasitas besar dalam setahun melintasi Selat Malaka untuk kepentingan ekonomi. Selat Malaka sejak dahulu juga dikenal sebagai choke point minyak terbesar kedua di dunia setelah Selat Hormuz.

Jauh sebelum konflik internasional di Perairan Laut China Selatan dan aksi kejahatan yang kerap terjadi Perairan Selat Malaka, tiga peneliti, Prof.Ahmad Nurmandi, Trisno Aji Putra, dan Nikolas Panama sudah mengingatkan kepada pemerintah untuk memperhatikan Kepri melalui buku berjudul "Menjaga Indonesia dari Kepri", yang terbit tahun 2012.

Buku tersebut membeberkan potensi, ancaman, dan tantangan yang dihadapi Kepri sebagai salah satu beranda terdepan Indonesia. Potensi perekonomian yang besar di Natuna serta posisi strategis Natuna, Kabupaten Kepulauan Anambas, Kota Batam, Kabupaten Karimun, dan Kabupaten Bintan menjadikan Kepri sebagai wilayah terseksi di Indonesia.

Posisi yang seksi itu semestinya mendorong Pemerintah Indonesia untuk lebih memperhatikan Kepri dari berbagai aspek kehidupan, terutama sektor pertahanan keamanan dan perekonomian.

Penulis buku itu juga berupaya menggeser orientasi pertahanan keamanan yang mengandalkan alutsista dan aparat yang berwenang dengan mengutamakan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pengelolaan sumber daya alam di pulau-pulau untuk meningkatkan sektor perekonomian.

Penulis ingin membangun persepsi bahwa perekonomian di pulau-pulau harus bangkit sehingga ada sumber kehidupan, yang secara otomatis memperkuat pertahanan keamanan. Sebanyak 1.402 pulau di Kepri yang belum berpenghuni sekarang sebaiknya dikelola sesuai dengan potensi yang dimiliki sehingga menambah pendapatan masyarakat, daerah, dan negara.

Halaman :
Penulis:

Editor: Anjar