International

Kamboja Alokasikan Rp 1,5 Triliun untuk Petani dan Swasta Guna Perkuat Pasar Beras


Kamboja Alokasikan Rp 1,5 Triliun untuk Petani dan Swasta Guna Perkuat Pasar Beras

Seorang petani memanen padi di Distrik Kampong Trach di Provinsi Kampot, Kamboja. (Foto: Hong Menea)

PHNOM PENH (Pesisirnews.com) - Pemerintah Kamboja melakukan upaya terus menerus untuk memperluas kehadiran pasar beras Kamboja di luar negeri dengan kembali mengalokasikan dana sebesar $100 juta (Rp 1,5 triliun) untuk meningkatkan produksi biji-bijian serta pengadaan padi berorientasi ekspor.

Melansir phnompenhpost.com, Selasa, Perdana Menteri Hun Sen mengungkapkan rencana pengalokasian dana tersebut saat upacara penutupan pertemuan tahunan Kementerian Pertanian, Kehutanan dan Perikanan pada Jumat lalu.

Kementerian tersebut juga menyatakan bahwa suntikan dana itu bertujuan untuk meningkatkan produktivitas di sektor beras dan memperkuat pasar beras Kamboja.

Hun Sen menyampaikan dalam pertemuan itu, sektor pertanian lokal telah mencegah krisis pangan besar dan mengurangi dampak inflasi harga pangan serta tekanan ekonomi lainnya, terkait dengan dampak Covid-19 dan konflik Ukraina.

Sementara, Sekretaris Kementerian Ekonomi dan Keuangan Meas Soksensan mengonfirmasi kepada The Post, Senin, bahwa kementeriannya sedang mempersiapkan paket pembiayaan modal kerja yang diarahkan untuk perbaikan sektor beras.

“Kami telah mengalokasikan dananya, dan kami akan menyalurkannya ke Bank Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Kamboja (ARDB) untuk dikelola dan diberikan kepada petani dan entitas swasta di sektor beras,” katanya.

Berbicara pada pertemuan tahunan, Menteri Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, Dith Tina, meyakinkan bahwa kementeriannya akan terus membuka jalan bagi pinjaman berbunga rendah dan meningkatkan hubungan petani dengan pasar melalui pertanian kontrak.

Pada tahun 2022, ARDB memberikan sekitar $380 juta (Rp 5,745 triliun) dalam bentuk pinjaman kepada petani dan perusahaan pengolahan makanan sehubungan dengan program tertentu, yang 60 persen di antaranya memiliki tingkat bunga rendah dalam kisaran 5,0-5,5 persen.

“Kurangnya modal untuk membeli padi dari petani telah menyebabkan ketidakstabilan harga, dan suntikan dana terbaru akan memastikan harga yang lebih baik dan lebih stabil,” kata Tina.

Halaman :
Penulis:

Editor: Anjar